Eits, kata siapa kaligrafi cuma ada di Arab? Nay nay nay, Jepang juga punya kaligrafi yang menjadi ciri khasnya, lho! Mau tahu? Yuks, kita kenalan lebih lanjut!
Gimana gimana? Udah keliatan kayak blogger professional belum? Hahahaha😂. Dari postingan Cuma Cerita yang ini, gue sempat menyinggung sedikit soal Jepang dan Hangeul (aksara Korea) yang surprisingly mendapat komentar positif dari teman-teman🤧, alhasil gue jadi kepikiran untuk berbagi info seputar kejepangan.
Tapi tunggu dulu, ini bukan soal anime, One Piece, Conan, Doraemon, otaku, wibu, atau apalah itu ya😂. As stated above, gue mau berbagi info dan cerita sedikit soal kaligrafi Jepang, yang biasa dikenal dengan Shodō「書道」atau Shūji「習字」.
Sama seperti kaligrafi pada umumnya, kaligrafi Jepang atau seni lukis huruf Jepang adalah bentuk dari kaligrafi atau penulisan artistik dari bahasa Jepang. Kebanyakan orang lebih mengenal istilah Shodō daripada Shūji.
Memang apa bedanya, sih, Shodō sama Shūji?
Merujuk pada pengertian di atas, Shodō merupakan sebuah seni kaligrafi yang gunanya mengekspresikan perasaan atau emosi penulis melalui tulisan, atau secara spesifik diungkapkan melalui huruf-huruf tertentu. Dalam praktiknya, penulis atau kaligrafer yang bersangkutan tidak perlu terpacu pada model atau contoh huruf / kata yang telah ada yang sesuai dengan kaidah penulisan kanji, karena itu tidak ada yang benar dan salah dalam membuat Shodō (lain halnya dengan Shūji yang akan gue bahas di bawah😉).
Tentu saja dalam membuat Shodō ini kita juga perlu memperhatikan aturan-aturan dasar penulisan (dalam menulis huruf Jepang, terutama kanji, memang ada aturan-aturan tersendiri seperti urutan yang harus tepat dari mana awalnya menulis setiap huruf), namun pada praktiknya kita dapat menulis dengan bebas, karena kembali kepada pengertian awal, bahwa Shodō menitikberatkan pada seni berekspresi itu sendiri.
Contoh Shodō. Dibaca: Reiwa. 令和 (Reiwa) is Japan’s current era that has just started on May 1, 2019, when Crown Prince Naruhito became the new Emperor after Emperor Akihito abdicates on April 30. |
Nah, lain halnya dengan Shodō yang memang berpusat pada seni berekspresi, Shūji sendiri lebih menitikberatkan pada cara penulisan yang benar (namun nggak kalah indah).
Secara harfiah, Shūji berarti mempelajari karakter atau huruf. Dari kanjinya sendiri Shūji terdiri dari arti 'berlatih (習)' dan 'huruf (字)'. Sesuai dengan urutan penulisan yang benar, kita dituntut untuk memperhatikan goresan-goresan tertentu seperti "止め: tome, at the end of a kanji stroke"; "跳ね: hane, vertical stroke of a kanji or upward turn at the bottom"; dan "払い: harai, sweeping stroke" dll. Nah, sambil memperhatikan goresan-goresan tersebut, kita dapat melihat pada model atau contoh huruf yang telah ada, lalu meniru atau menuliskannya sesuai dengan model tersebut. Karena tujuan dari penulisan Shūji ini adalah agar kita mampu menulis karakter atau huruf tersebut sesuai dengan susunan yang baik dan benar, maka kita perlu berlatih menulis sebanyak mungkin sambil melihat contoh yang telah ada.
Tentunya dalam menulis aksara indah inipun diperlukan lagi gaya atau teknik-teknik khusus penulisan, salah dua di antaranya yang sangat familiar dengan gue adalah teknik kaisho (tulisan biasa) dan teknik gyousho (semi-kurfis). Untuk lebih lengkapnya mungkin—entah kapan—akan gue jelaskan di waktu yang akan datang.
Berikut beberapa contoh lain dari karya Shodō dan Shūji:
Shodō Calligraphy of 美 character means beauty |
Shodō Calligraphy of 私 'wa', means harmony, balance. |
Shodō Calligraphy, dari kata 静か (shizuka) yang artinya tenang. It's one of my friend's art in college. Go check out his Instagram to see more interesting Japanese calligraphy arts here. |
Shūji Calligraphy of 喜 'ki, yorokobu'. Means joy, enjoy, joyful thing, etc. |
Shūji Calligraphy of 愛 'ai' which means love. It's still my friend's. |
Dan ini beberapa contoh 手本 (tehon), yakni model atau contoh tulisan untuk Shūji |
Kelihatan, kan, bedanya?😄
Last but not least, beberapa di bawah ini gue pingin bagikan cuplikan foto gue dan teman-teman saat belajar Shūji (sometimes also Shodō)😆. Btw, pertama kali gue mempelajari soal seni kaligrafi Jepang ini saat tingkat satu dulu di himpunan gue, yang mana bidangnya ada di bawah naungan Departemen Pendidikan (Himpunan Mahasiswa Bahasa Jepang). Gue diajar sama sensei-sensei dari Jepang dan beberapa senior yang memang sudah ahli di bidangnya, kurang lebih selama satu periode kepengurusan.
Haha yang ini punya gue jelek bangaatss🤣 maklum lagi nggak fokus. *padahal emg biasanya juga jele👀* |
Nah ini lagi belajar Shodō. Lebih tepatnya lagi menerapkan teknik gyousho sih, makanya agak meliuk-liuk gitu, wk. |
Ini saat sedang latihan. Supaya nggak sayang kertas hanshi (kertas yang teksturnya tipis, biasa dipakai untuk nulis kaligrafi), jadi kami biasanya latihan pakai koran. |