Akhir-akhir ini, entah kenapa gue merasa hidup gue gak ada artinya. Gue semakin malas untuk melakukan sesuatu. Bahkan untuk belajar pun sama sekali gak ada semangat. Kadang suka berpikir, mana janji lo belakangan kemarin soal semester ini harus berjuang blablablaa? Dan sekarang lihat, gue malah semakin menjadi-jadi. Jadi sering bolos. Jadi sok sibuk sama himpunan yang akhir-akhir ini membuat gue merasa muak. Sorry to say that, tapi itu yang memang gue rasakan. Orang-orang yang gue temui kebanyakan tidak sejalan dengan prinsip gue. Memang, prinsip setiap manusia pastilah berbeda-beda, tapi ada sesuatu yang harusnya membuat kita sama ketika berbagi tentang pikiran-pikiran atau opini, dan gue tidak menemukan itu. Kalaupun ada, kita sama-sama tidak tahu apa yang mesti dilakukan agar tidak menjadi orang yang bisanya Cuma omong doang. Tapi gue tekankan, disini gue sama sekali gak bermaksud menjelek-jelekan himpunan gue. Gue hanya mengeluhkan sikap gue yang makin kesini merasa tidak bisa kooperatif karena alasan di atas. Yah, namanya hidup pasti ada masa-masa sedih dan senengnya, kan?
Sebenernya
gue adalah tipe orang yang cepat bosan. Gue cepat menyukai sesuatu, tapi bisa
cepat juga merasa jenuh atas apa yang baru gue suka. Itu juga yang gue rasakan
belakangan ini. Gue semakin merasa malas untuk bertemu dengan orang-orang, haha
hihi sebagai tanda basa basi, dan semakin malas untuk berorganisasi. Gue sadar,
selama ini gue terlalu dalam berkecimpung di ruang lingkup seperti itu, yang
secara perlahan membuat semangat belajar gue hilang. Gue terlalu sering
beropini tentang ini itu, tentang memanusiakan manusia, sok idealis dan seakan
hidup gue hanya terarah untuk itu, sementara kemampuan bahasa gue gak
bagus-bagus amat dan bahkan mungkin gak ada peningkatan yang signifikan. Lantas, gue harus
lari kemana? Di saat belajar bahasa dan berorganisasi seakan sudah bukan
menjadi passion gue.
Tapi kalau di antara kalian ada yang bilang ke gue dan mikir bahwa "gue kok bisa nyeimbangin antara akademik dan non-akademik?" , sementara gue sok-sok kerepotan, c'mon men, emangnya lo bisa nyamain diri lo sama gue? Sama orang lain di luar sana yang bermasalah dengan manajemen waktunya? Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau lo merasa pandai mengatur prioritas dan fine-fine aja sama kehidupan kampus lo, mungkin artinya itu memang kelebihan lo, tapi bukan berarti kelebihan gue juga. Ada orang yang emang ajaib ngatur waktunya, ada yang serba males-malesan alias berprinsip gak usahlah ngurusin ini itu prioritas blablabla, ada juga yang kadang bagus dalam hal memanage tapi cuma sesaat aja, selebihnya moody-an (dan gue termasuk kelompok yang ini).
Tapi kalau di antara kalian ada yang bilang ke gue dan mikir bahwa "gue kok bisa nyeimbangin antara akademik dan non-akademik?" , sementara gue sok-sok kerepotan, c'mon men, emangnya lo bisa nyamain diri lo sama gue? Sama orang lain di luar sana yang bermasalah dengan manajemen waktunya? Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau lo merasa pandai mengatur prioritas dan fine-fine aja sama kehidupan kampus lo, mungkin artinya itu memang kelebihan lo, tapi bukan berarti kelebihan gue juga. Ada orang yang emang ajaib ngatur waktunya, ada yang serba males-malesan alias berprinsip gak usahlah ngurusin ini itu prioritas blablabla, ada juga yang kadang bagus dalam hal memanage tapi cuma sesaat aja, selebihnya moody-an (dan gue termasuk kelompok yang ini).
Setelah
gue pikir-pikir, gue gak bisa seterusnya menjalani dua hal secara bersamaan.
Gue inget dengan apa yang bokap gue pernah bilang, bahwa manusia itu tidak bisa
secara bersamaan melakukan dua hal. Kalaupun ada, lihat dulu seperti apa
konteksnya. Dulu gue selalu membantah ketika mendengar kalimat itu, karena pada
dasarnya gue memang merasa bisa
melakukan hal-hal dalam waktu yang bersamaan. Tapi faktanya gue baru menyadari
itu sekarang. Kalimat itu bisa dibilang kiasan. Karena kenyataannya, dalam
hidup lo Cuma akan fokus pada satu hal. Contohnya adalah, kalau lo ingin
menjadi seorang penyanyi, lo pasti akan fokus latihan dan menggeluti bidang
itu. Sementara hal-hal lain di samping keinginan lo menjadi penyanyi itu
bukanlah prioritas, dan pada akhirnya lo memang hanya akan fokus terhadap itu.
Gue sadar, kalau gue ingin mengembalikan mood gue dan menjalani hari-hari seperti sebelumnya, gue harus belajar untuk mengatur apa yang menjadi prioritas gue. Disini gue adalah seorang mahasiswa, yang gak Cuma punya tuntutan untuk beraspirasi tapi juga dituntut untuk belajar. Ketika orang lain bisa pulang pergi ke Jepang (gue lupa bilang kalau major gue Bahasa) dengan modal kecerdasan mereka tentang bahasa Jepang, gue disini bisa apa? Cuma bisa berkoar doang soal ini itu, kehidupan kampus, himpunan atau sumber daya mahasiswanya yang akhir-akhir ini gue pandang sebagai hal klise.
Intinya
teman-teman, kita gak bisa memilih untuk hidup dengan dua hal bersamaan.
Segimanapun lo suka terhadap beberapa hal, pasti ada yang persentasenya lebih
besar di pandangan lo. Dan itulah yang secara tidak sadar menjadi fokus lo.
Mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat ini, itu sih terserah. Gue hanya
ingin membagikan pikiran gue tentang hidup yang mana yang sebenernya jadi
prioritas. Apakah benar kita bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu? Pada
hakikatnya kita hanya manusia yang diberikan keterbatasan. Tetapi di balik
keterbatasan itulah Alloh memberi satu keistimewaan pada diri kita
masing-masing yang membuat kita mampu berdiri dengan beda.
Adakah
di antara kalian yang pernah atau sedang mengalami hal serupa?