Akhirnya setelah sekian drama dan purnama yang harus gue lalui selama setahun lebih ini, tanggal 28 April kemarin gue selesai yudisium tanpa harus ada revisi tambahan ini itu. Sebelumnya gue pernah bilang di postingan Cuma Cerita #3 , bahwa dari sejak akhir bulan Maret lalu skenario hidup gue terasa benar-benar plot-twist. Alasannya karena berdasarkan jadwal yang seharusnya, kemungkinan gue nggak akan bisa ujian sidang bulan April ini. Dimana pada saat akhir Maret itu gue masih proses pengolahan data. Lha, gimana maksudnya, Awl?
Hm, ceritanya begini.. dari bulan Maret awal gue udah nargetin untuk bisa sidang bulan April karena biasanya ujian sidang selalu dilaksanakan pada akhir bulan. Sementara pendaftarannya dibuka pada pertengahan bulan. Mengingat saat itu gue masih berada di pertengahan Maret, gue pikir gue bisa menyelesaikan semuanya sampai di akhir Maret. Tapi ternyata, berita mengejutkan tiba-tiba muncul dan meruntuhkan dunia dan segala rencana gue.
Jadi, yang semula gue kira ujiannya dijadwalkan pada akhir bulan April, ternyata dimajukan jadi awal bulan, tepatnya tanggal 7 April. Dimana pendaftarannya sendiri dibuka lebih cepat, yakni tanggal 23 – 28 Maret, yang mana pada saat itu udah tanggal 21 dan gue masih on progress mengolah data🙃.
Entah mungkin alasannya karena memasuki bulan Ramadhan atau apa, sehingga jadwal yang biasanya di akhir bulan lalu dimajukan menjadi awal bulan, yang pasti saat itu gue kaget dan lemas sejadi-jadinya. Gimana nggak? Waktu seminggu nggak mungkin cukup untuk gue bat bit bet kelarin skripsi beserta perintilannya. Mungkin bisa, tapi isinya bakalan hancur, dan gue nggak mau seperti itu. Hanya karena gue telat lulus, bukan berarti gue mau merelakan konten skripsi gue yang asal-asalan itu diuji alakadarnya. Dengan semangat yang langsung anjlok, gue sempat berhenti untuk beberapa hari. Padahal waktu itu sisa pembahasan data kuesioner, dan gue udah bisa lanjutin BAB V. Tapi tetep, gue nggak akan bisa ngejar jadwal yang ada, pikir gue. Karena sekalipun skripsi gue bisa selesai, waktunya nggak cukup untuk dipakai bolak balik Bandung dan urus persyaratan ini itu. Pokoknya bakal mepet nggak karuan, deh.
Akhirnya selang seminggu setelah pengumuman itu diedarkan, gue yang sudah berusaha ikhlas kalau ujian sidangnya diundur ke bulan berikutnya dapat kabar lagi dari teman gue yang sebelumnya memang berencana akan daftar sidang bareng, bahwa jadwal ujian sidangnya kembali dimundurkan jadi tanggal 28 April, dengan pra-sidang tanggal 21, dan pendaftaran dibuka tanggal 13 – 17 April, dengan alasan agar bisa memberikan kesempatan untuk mahasiswa yang lain yang memang berencana sidang di bulan itu. Waddd! Gue langsung seneng dong! Dari yang tadinya baterai gue cuma 10%, tiba-tiba langsung naik 100% dan tepat tanggal 30 Maret itu akhirnya gue langsung gas lagi untuk melanjutkan apa yang sempat tertunda, dan buru-buru deh kabarin kedua dosen pembimbing gue saat progress-nya sudah selesai gue kerjakan.
Dengan masukan-masukan dari beliau, gue akhirnya mengantongi izin untuk daftar dan cuss ke Bandung untuk mengumpulkan persyaratan plus daftar sidang saat hari pertama puasa, yakni tanggal 13 April 2021. Kebayang, kan, mana panas terik, hari pertama puasa, macet pulak di jalan. But i was really grateful karena pada akhirnya kesempatan ini datang juga. Ingin rasanya gue teriak saat itu, AKHIRNYA GUE GAK JADI WISUDA OKTOBER! Wkwkw. Karena bulan April ini adalah ujian sidang terakhir untuk wisuda gelombang II, yakni bulan Juni. Selebihnya sudah otomatis masuk gelombang III di bulan Oktober, karena jarak setelah yudisium dengan wisuda itu minimal harus satu bulan, nggak bisa berdekatan. Yaa walaupun waktu itu gue belum pasti lulus, tapi yang penting PD aja dulu!😝.
Alhamdulillah, walaupun selama empat hari di Bandung itu juga nggak lepas dari drama, setidaknya semua terasa dipermudah oleh Allah. Tanda tangan sama Kadep lancar tanpa hambatan, begitupun para dosen pembimbing gue yang sangat perhatian dan nggak horror seperti pengalaman kebanyakan orang. Mungkin yang bikin agak dramanya cuma sedikit aja, itupun karena slow response, huhu. But yeah, namanya juga hidup yang seperti roller-coaster, nggak mungkin dramanya cuma secuil-cuil aja. Pada saat hari pra-sidang beberapa hari kemudian, gue ngerasa bener-bener digodok dan jadi orang paling bodoh sedunia. Udah kebayang lah yaa kenapa, wkwk. BIASALAH. Walaupun maksud dosen penguji mungkin ingin mendengar gue mempertahankan argumen atas penelitian yang susah payah gue kerjain, tetep aja pas hari H-nya mah metong, kaget. Ditambah badan gue masih kerasa sakit abis perjalanan dari Bandung sebelumnya. Alhasil sejak hari pra-sidang itu gue melo terus bukan main. Muka nggak kerawat, even cuci muka aja sampe lupa, makan pun nggak nafsu, mana kebetulan lagi sariawan juga (nah lho triple combo dah), yang ada bisanya cuma pingin nangis aja kepikiran nanti pas ujian gimana. Apalagi gue harus ngomong bahasa Jepang, kan. Ini dia nih, bisa dibilang jadi salah satu ketakutan terbesar gue kenapa kemarin-kemarin takut lulus.
Singkat cerita, setelah seminggu no life, hari ujian pun tiba dan semuanya serba dilakukan secara virtual, dari mulai pembukaan sampai presentasi dengan masing-masing dosen penguji. Ujian pertama dilakukan jam 7 pagi dengan salah satu dosen penguji gue, dan begitu seterusnya sampai pukul 9.30 WIB. Alhamdulillah, kekhawatiran gue selama seminggu kebelakang itu ternyata nggak terjadi karena semuanya berasa dilancarkan dan dimudahkan atas seizin Allah. Gue yang tadinya berdo'a agar bisa selesai ujian minimal pas sebelum dzuhur, justru malah yudisiumnya yang selesai pada saat dzuhur karena gue dan teman-teman yang lain juga selesai lebih cepat.
So, begitulah cerita gue yang super duper singkat dari bulan April yang paling ditakuti ini. One of my biggest fear in life sudah terlewati, masih banyak ketakutan-ketakutan terbesar lain yang mungkin akan gue hadapi nanti. Maka dari itu, kalau ada yang tanya apa rencana setelah ini? Yaa mungkin itu, menghadapi "ketakutan-ketakutan" terbaru dalam hidup. Yang pasti harus keep moving forward dan menata hidup, kan😁.
Beberapa teman mungkin ada yang merasa selebrasinya belum lengkap kalau belum wisuda, but for me personally, gue merasa lebih release pada saat setelah sidang. Karena sesungguhnya saat itulah beban-beban gue menjadi mahasiswa terangkat perlahan. I don't think i need any celebration since we are in the midst of a pandemic. Mungkin hanya toga dan selembar foto yang bisa gue jadikan kenangan dari sana. Selebihnya adalah hadiah yang gue harap bisa gue berikan untuk keluarga gue.
これで私は社会人になって、学生生活はもう終わりました😭!皆ブログで応援してくれてありがとうございました♥️。これからもよく頑張りまーす💪🏻。
Anyways, apa kabar teman-teman semuanya? How's your day?
P.S: Belakangan ini kok gue merasa dunia blog jadi agak sepi yaaa.. Apa teman-teman merasakan hal yang sama, ataukah ini cuma perasaan gue aja karena baru nongol lagi?😂