Sebetulnya tulisan ini adalah rekap untuk bulan Februari, atas beberapa hal yang sangat lekat dengan gue di bulan itu. Namun seperti yang teman-teman sudah tau, gue nggak punya waktu untuk menulis postingan baru, jadilah akhirnya gue baru bisa tulis sekarang. Kalau ada yang tanya, what things i like or i miss the most from this month, jawabannya mungkin jatuh pada dua hal, yakni Buku dan Kucing. Yepp, karena bisa dibilang pada bulan itu waktu gue cukup penuh dengan kehadiran mereka.
Setelah sekian lama nggak beli buku fisik ke Gramedia, akhir bulan Januari lalu gue akhirnya menyempatkan kesana dan membeli buku self-development berjudul You Do You karya Fellexandro Ruby. Gue udah lama banget pingin beli buku ini sejak tau beliau mau menerbitkan buku. Since dia adalah satu-satunya pengusaha sekaligus content creator yang gue ikuti saat ini, gue excited banget untuk bisa membaca buah pemikirannya yang keren di dalam satu buku. Dan yang membuat gue semakin ingin membeli buku itu adalah, karena isinya per bab dan masing-masing bab punya bahasan yang sama pentingnya, pembaca nggak dipaksa untuk harus menamatkan setiap bab dalam sekali baca. Jadi, gue pun bisa lebih leluasa untuk bagi-bagi waktu dengan kegiatan lainnya.
Sesuai dengan tagline-nya, discovering life through experiments and self-awareness, gue nggak merasa digurui oleh buku ini untuk punya pemikiran yang saklek sama dengan penulisnya. Justru beliau mengajak gue untuk lebih meningkatkan self-awareness dan membuka ruang perspektif yang lebih luas tentang goals, pengembangan diri, karir, tips investasi, dsb. Salah satu buku paket komplit yang saat ini sedang gue butuhkan, karena nggak cuma membahas satu atau dua hal yang berkaitan dengan pengembangan diri, tapi semuanya sekaligus, dengan porsi yang pas, nggak kelebihan, nggak juga kekurangan buat pembaca yang lebih suka straight forward kayak gue.
Selain itu, gue akhirnya bisa melanjutkan buku bacaan Origin gue yang sempat tertunda, salah satu novel installment karya Dan Brown yang udah lama banget terkatung-katung nggak gue tamatin. Walaupun butuh waktu dua minggu, gue senang karena setidaknya bisa kembali mencicipi aroma buku dan kamper jadi satu, saking lamanya tersimpan di rak. Biasanya gue jarang sih namatin buku yang udah lama nggak dilanjutin, tapi rasanya untuk buku ini pengecualian. Karena dia berhasil bikin hidup gue terasa nggak lengkap kalau gue nggak tau ending-nya seperti apa, apa yang terjadi sama Robert Langdon dan Ambra Vidal. Siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan Edmond Kirsch? Apa sebenarnya semua itu cuma konspirasi? Skenario itu kayak kebayang-bayang di kepala gue, dan semakin mengganggu setiap kali gue lihat bukunya bertengger di rak buku. Jadi, gue pikir nggak ada alasan untuk nggak melanjutkan bacaan ini di saat senggang.
Hal kedua yang membuat hari-hari gue terasa penuh adalah kehadiran kucing. Sebetulnya kucing di sekitar kost-an gue tuh banyaaaaaakk banget, tapi anehnya gue baru merasa punya keterikatan akhir-akhir ini. Sampe-sampe gue meragukan diri sendiri. Apa gue memang secinta itu sama kucing? Kok kayaknya gue sering acuh tak acuh ya sama mereka? Padahal jawabannya karena pintu rumah di kost-an gue sering tertutup, jadi kucing-kucing itu nggak ada yang bisa masuk kesana, kecuali kalau dibuka *ya iyalah*. Dan mungkin karena gue tipe orang yang nggak bisa menunjukan afeksi gue, (iya, even terhadap kucing!), jadi susah untuk gue menemukan waktu yang pas dimana saat itu hanya ada gue dan kucing-kucing ini. Makanya, kalau ngasih makan tuh paling gue cuma kasih aja di piring kecil, setelah itu gue tinggal pergi atau masuk lagi. Tapi sekitar dua bulan pertama di tahun ini, semuanya terasa sedikit berbeda. Teman gue kan sempat pindah ke kost-an yang bentukannya mirip asrama. Disana juga nggak kalah banyak kucing kampung berkeliaran, tapi dengan lingkungan yang lebih terang dan lebih bebas. Bahkan mereka ini sering banget asal masuk ke kamar-kamar penghuni. Karena gue suka dengan lingkungannya, gue sering main kesana, sekalipun untuk sekadar menatap langit dari bawah jendela.
Kemudian, ada satu kucing betina yang sering banget ngeong-ngeong di depan kamar kost teman gue. Dibandingin kucing-kucing lain yang barbar, kucing ini cenderung lebih sopan dan friendly. Karena saat itu dia lagi bunting besar, jadilah kami namai dia bumil.
Hi, guys! Nama gue bumil! Ini waktu gue udah ngelahirin. Lihat, kan, perut gue lebih kempes? |
Foto di atas itu foto favorit gue dari sekian banyak foto dia, btw. Suasana di belakangnya kayak foto-foto di Jepang yang sering gue lihat di twitter. Apa karena filternya ya? Haha, nevermind.
Akhirnya, gue dan teman gue sepakat untuk memberi makan dia dan beberapa kucing lain di sana, serta membantu sampai anak-anaknya lahir, minimal sampai mereka bisa jalan sebelum kami benar-benar pindah kost nantinya. Nah, karena gue cuma datang sesekali kesana, jadi gue nggak bisa bantu-bantu banyak waktu teman gue buatin rumah dari kardus khusus untuk bumil dan anak-anak bayinya. Maka, hubungan kami pun nggak terlalu dekat. Kadang bisa love-hate relationship juga, soalnya gue alergi debu dan bulu-bulu, jadi gue nggak bisa dekat-dekat terus sama mereka. Tapi di hati gue yang paling dalam, gue sayang banget sama kucing ini. Walaupun kadang sok kelihatan judes, karena ngebatesin makan😅 Abis mereka cepet banget yak lapernya, lama-lama tekor juga🤧 *padahal bukan gue juga yang beli makanannya, hadeuh🙄*.
Singkat cerita, setelah beberapa minggu, lahir deh si kucril-kucril ini!
The kittens! |
Kalau nggak salah, ini waktu umurnya udah masuk 3 atau 4 minggu. Soalnya mereka udah bisa main dan lari kesana kemari. |
Sejujurnya dua bulan itu waktu yang terlalu singkat untuk gue punya waktu bareng mereka. Gue bahkan sedikit menyesal, kenapa nggak mengenal kucing-kucing ini lebih cepat sebelumnya. Dan kenapa gue terlalu introvert walaupun sama kucing doang (gak tau ini lucu apa gimana, but i'm being honest with you guys😭). Kok gue jadi kayak cowok-cowok drakor yang dingin tapi hatinya hello kitty ya😟.
Kalau teman gue lagi pergi dan dia titip makanan kucing ke gue, kayaknya itu waktu-waktu yang priceless dimana mereka bisa deket banget sama gue. Iya, soalnya kalau ada teman gue pasti mereka lebih sering ngintil temen gue, mungkin karena dia yang tiap hari ketemu kali ya.
Biasanya kalau kami lagi masak-masak atau makan bareng, si bumil, bu barbar (ini kucing betina saudara bumil yang galak banget waktu pertama ketemu, makanya dinamai bu barbar), dan beberapa kucing lainnya pasti ngerecokin. Dan jujur gue kangen banget momen-momen itu, bersamaan dengan suasana lingkungannya yang bikin tenang dan nyaman.
Saking sayangnya, kami sempet sedih banget dan nangis waktu mau ninggalin mereka. Takut bahwa bumil, anak-anak dan kawan-kawannya nggak terawat dengan baik😫. Tapi setelah itu kami juga saling menguatkan dan percaya, bahwa mereka pasti ada yang jaga. Bahkan sebelum kedatangan kami, bumil dan kucing-kucing lainnya masih bisa hidup dengan damai dan sehat.
Kebetulan beberapa hari yang lalu sempat viral sebuah video dimana seorang bapak membunuh kucing yang berkeliaran di sekitar tempat kerjanya. Menyalahkan satpam disana karena nggak menyingkirkan kucing itu sebelumnya. Gue sedih banget kenapa ada orang-orang semacam ini di muka bumi😫 They just want your food and your affection, anyway. Makhluk ini hidup berdampingan dengan kita bukan untuk disiksa, dikuliti, dibunuh, dijadikan mainan, tapi untuk disayangi😭 Even if you don't wanna pet them, just don't give them a single thought of wanting to hurt and end their life. I mean, they're just cats😿 Kok bisa? Gue nggak habis pikir.
Semoga Tuhan membalas perbuatan-perbuatan yang lebih binatang dari binatang sebenarnya ini.
Gue harap bumil dan kucing-kucing lainnya disana selalu sehat dan gak kekurangan suatu apapun. Semoga juga banyak penghuni baru yang ngisi tempat disana dan kasih dia makanan. Gue kangen bangettt mereka!😭😿
Untungnya disini gue masih punya Ican, si gembul di rumah yang makin hari udah kelihatan makin tua. Setidaknya sosok kehadiran kucing nggak lepas dari hidup gue. Kapan-kapan gue share tentang dia juga, deh. Sori nggak ada fotonya, soalnya doi belum mandi😝