Seperti yang pernah gue sebut beberapa kali di postingan sebelumnya, bahwa bulan ini terhitung adalah bulan ketiga dimana gue mulai fokus nge-blog dan meninggalkan media sosial, khususnya Instagram. Namun belum pernah gue ceritakan apa alasan di balik itu.
Sejak pertama kali gue memutuskan untuk memposting tulisan di blog, media yang gue gunakan untuk bisa menyalurkan tulisan-tulisan gue ini hanyalah media sosial. Ibaratnya ini satu-satunya teknik SEO Off Page yang gue tau😂. Setiap kali gue update postingan baru, pasti gue share di IG Story atau Twitter. Hal inipun sebetulnya berbanding lurus dengan salah satu tujuan gue nge-blog, bahwa gue ingin mengajak teman-teman di media sosial untuk paling tidak memiliki minat literasi yang lebih tinggi dari yang dimiliki sebelumnya, plus bertujuan untuk membuka diskusi agar kita bisa berbagi sudut pandang disini. Karena itu seringkali opini yang gue angkat cenderung tentang isu sosial atau pendidikan. Tapi tampaknya nggak semua orang tertarik dengan hal ini, sebab kita nggak bisa memaksa orang lain untuk suka dengan apa yang kita lakukan, meski niatnya baik. Semua orang tentu punya seleranya masing-masing dalam mengakses konten di media sosial.
Di masa awal gue mengerjakan blog ini, dukungan positif memang selalu datang, tapi hanya dari sohib-sohib se-geng dan orang terdekat aja. Sisanya beberapa teman atau senior di kampus yang memang tertarik untuk membaca blog gue—setidaknya hanya mereka yang gue tau lewat respon berupa DM di media sosial. I was so happy at the moment, menyadari bahwa ternyata beberapa orang rutin membaca dan mengapresiasi tulisan gue. Well, it's not about the numbers, actually. It's all about the message, itu yang gue harapkan bisa orang lain dapatkan ketika berkunjung kesini.
Kenyataannya, sebaik-baiknya berusaha adalah tentu dengan tidak berekspektasi. Mungkin tujuan gue yang terlalu ideal tersebut membuat gue sedih setiap kali respon yang gue dapat bisa dihitung jari, atau bahkan nihil. Ditambah dengan gue yang diperlihatkan oleh kenyataan bahwa orang-orang tampaknya lebih senang mengakses konten yang cenderung isinya "bercanda". Yaah, memangnya siapa juga gue sampai-sampai perlu untuk didengar? I'm just nothing.
Kondisi ini pula yang membuat gue sering mengeluh tentang "konten-konten" di media sosial dan penggemar setianya. Sederhananya, gue merasa orang-orang di sekitar gue kurang apresiatif. Kasarnya, orang-orang hanya peduli dengan foto-foto OOTD gue daripada apa yang gue tulis. Belum lagi diam di Instagram selalu memunculkan insecurity yang menyiksa setiap kali gue secara reflek harus membanding-bandingkan hidup gue dengan mereka yang hidupnya berada di atas gue. Sialnya lagi, dengan bertindak seperti itu tanpa sadar gue telah membiarkan diri gue terpuruk semakin dalam ke lubang-lubang masa lalu dan penyesalan. "Kenapa sih gue begini?", "Kenapa gue nggak bisa kayak mereka?". Padahal kalau menunduk sedikit saja ke bawah, banyak hal yang bisa gue syukuri, termasuk eksistensi di dunia ini.
Oleh karena beberapa alasan itu, gue memutuskan untuk stop dan deactivate sementara akun IG gue. Kenapa sementara? Memangnya mau balik lagi? Yaa, sebagai bagian dari individu yang hidup di era digital seperti saat ini, gue masih menganggap bahwa memiliki media sosial adalah sesuatu yang penting. Apalagi gue dengar beberapa perusahaan terkadang menanyakan media sosial para pelamar kerja saat interview. Toh sebetulnya banyak hal positif yang gue bisa dapat dari sana, kalau kita tau cara memfilter diri dari konten yang dirasa kurang baik—but not this time. Saat itu gue melihat media sosial sebagai racun yang betul-betul nggak sehat untuk keadaan mental gue. Sehingga fitur deactivate sementara ini sangat gue syukuri keberadaannya. Kalau twitter gak gue deactivate karena fiturnya langsung permanen. Sayang bok, gue gak bisa misuh-misuh lagi disana kalau hilang akunnya😂.
Singkat cerita, pada saat hiatus dari medsos itu gue menemukan komunitas Blogger Perempuan lewat salah satu akun twitter. Penasaran lah gue dengan situs ini dan ternyata setelah ditelusuri banyaaak banget blog-blog yang bagus dan inspiratif. Gue serasa menemukan surganya blog, dan ternyata lagi, setelah gue cari tahu komunitas ini bukan satu-satunya komunitas yang mewadahi para blogger untuk bisa membagikan ceritanya dan terjaring dengan blogger lain. Sejak saat itu gue mulai rajin blogwalking dan mengembangkan blog gue—paling nggak memoles templatenya biar lebih eye-catching.
Disini, gue seperti menemukan kehidupan baru dan napas segar dalam menggeluti dunia tulisan. Nggak hanya lewat tulisan-tulisan yang selalu bermakna dan inspiratif yang gue baca dari tiap blog, tapi juga lewat komentar-komentar blogger yang sangat apresiatif dan suportif. Sesuatu yang nggak gue temukan di media sosial. Sesuatu yang membuat hidup gue merasa sedikit bermakna dan nggak sia-sia untuk menulis. Benar kata Tere Liye, kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin). Bahkan jika kalimat-kalimat positif yang gue dapatkan selama ini sebetulnya terlihat.
Hal ini juga sejalan dengan sebuah pepatah, bahwa meninggalkan sesuatu yang buruk pasti akan bernilai lebih baik. Lebih tepatnya, kalimat ini adalah apa yang selama ini gue dapat dalam ajaran agama gue,
"Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti) yang lebih baik darinya." (HR. Ahmad no. 20739. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).
Meski pengalaman gue ini tidak bernapaskan religius, tetapi benang merah yang gue bisa ambil adalah, seberat apapun kita memutuskan untuk meninggalkan sesuatu yang buruk kepada kebaikan, niscaya kita pasti akan mendapat gantinya yang berkali lipat lebih berharga dan bernilai dibanding berdiam diri di dalam lubang keburukan itu selamanya.
Lewat blog, gue menemukan kakak-kakak dan juga teman-teman blogger yang selalu suportif dan sangat mengapresiasi tulisan-tulisannya satu sama lain. Rasanya gue ingin mention satu persatu dari mereka yang selalu memberi warna dalam hidup gue akhir-akhir ini, entah itu lewat komentar maupun personal chat-nya, seperti kak Eno, kak Renov, kak Lia, Lutfia, tapi tentu saja masih ada baaaanyak lagi yang gak bisa gue sebut satu persatu disini (soalnya nanti kepanjangan😆), yang meski baru mengenal secara singkat bahkan lewat dunia maya, kebaikannya dalam menyemangati lewat komentar di blog nggak pernah bisa gue lupakan. Mungkin beberapa dari kalian tidak menyangka apa yang dilakukan ternyata betul-betul memberi pengaruh positif untuk orang lain, kenyataannya it really means a lot untuk seseorang seperti gue yang hampir nggak pernah mendapatkan apresiasi dari orang lain. Keluarga dan orang-orang terdekat tentu memberi dukungan (as i mentioned before), tapi rasanya berbeda ketika kita bisa menemukan itu dari orang-orang yang bahkan belum pernah kita temui secara langsung, seperti kakak-kakak semua. Sending virtual big hug to all of you🤗💕. Really, gue sangat bersyukur bisa terhubung dengan kakak-kakak dan teman-teman semua😍.
Belum lama ini gue pun dibuat terharu dengan postingan di blognya kak Anton, Maniak Menulis. Biasanya kalau blogwalking ke situs beliau, gue memang belum berani berkomentar, jadi cukup menikmati saja tulisan-tulisannya😁, apalagi banyak juga postingan seputar blogging dan tips-tipsnya yang gue dapat sepulang dari sana. Eh sekalinya gue jalan-jalan blog lagi, gue malah dikagetkan dengan postingan yang ada nama guenya😱.