Beberapa minggu lalu, saya melihat orang-orang ramai membicarakan public
figure yang berselingkuh..
Saling berdebat karena tak cukup cantik ia
yang dipilih
Kalah jauh menawan dengan yang
ditinggalkan, katanya
Layaknya memiliki pasangan adalah
sebuah persaingan
Kalau kau sendiri, maka itu artinya kau tak cukup
laku
Atau tak cukup menarik untuk dilirik
Oh, bahkan sudah sejauh itu level berkompetisi mereka
Padahal, kata cinta
dan pasangan bukan hanya tentang merasakan dan mendapatkan, lebih jauh dari
itu
Ini soal memberi, mengasihi, belajar memahami, dan memaklumi
Cinta
tak hanya dirasa saat asmara tengah membara
Kisahnya panjang, lebih
rumit dari yang kau kira
Bukankah cinta hanya tentang memberi dan menerima? Mengapa serumit itu?
Oh, ya..
Karena memberi dan menerima dengan tulus
Menyadari hendak melakukannya
sepanjang hayat
Tak semudah itu jika kita selalu menuntut yang tak
ada
Menginginkan kesempurnaan, membiarkan diri digerogoti ekspektasi
tentang sosok yang bisa bertransformasi
Dari buruk menjadi baik, dari
yang biasa saja menjadi luar biasa, dari yang main-main menjadi disiplin,
dari yang berandal menjadi andal
Yang saat semuanya tak didapatkan,
lantas boleh bosan dan mencari pelarian
Bukan begitu..
Lagi-lagi mencintai dan membersamai harus disandingi dengan persaingan
Padahal,
kalau memang dia cinta, tak perlu lah kita yang kebingungan
Lagipula,
ini bukan soal rupawan dan menawan
Bukan soal cantik atau tak cantik
Kalau
memang dia cinta, dia tak akan meninggalkan
Tak akan ada persaingan,
sungguh
Jangan lah menekan diri dengan kompetisi yang membelenggu tak ada arti
Soal
rasa memang tak bisa dideteksi
Tapi tak ada urusannya dengan arogansi yang
tak pernah habis mencari kesempurnaan
Perihal cinta dan pasangan,
bagaimana pun, sebaik dan setulus apapun, seburuk dan sekejam apapun
keduanya
Tampaknya manusia tidak pernah menyadari
Bahwa kita tak pernah
bisa sempurna meski sama-sama menyempurnakan
Dengarkan juga postingan sebelumnya: Paham Makna