Sudah lama sekali gue gak "bermimpi". Menjadi dewasa membuat tidur bahkan gak lepas dari realita. Mimpi hanya berisi tentang keresahan dan kekhawatiran soal urusan-urusan yang belum tuntas. Dulu, mudah saja mewujudkan apa yang kita cita-citain lewat mimpi, walaupun gak benar-benar terwujud, paling tidak gue tau rasanya jadi dokter dalam sekejap, gue tau rasanya jadi puteri kayak di film Disney, gue bahkan pernah ngerasain tinggal di dasar laut jadi putri duyung, gue tau rasanya ketemu idola dan bahkan sama-sama jadi artis, gue tau rasanya jadi penyanyi terkenal yang bikin konser world tour, gue tau rasanya keliling dunia—walaupun aneh, karena gue bisa berpindah-pindah negara literally dalam hitungan detik, gue tau rasanya jadi presiden yang negaranya cuma berisi orang-orang baik—dan anehnya—hidup berdampingan sama kurcaci-kurcaci di film Snow White, dan banyak hal yang mungkin gue belum bisa capai tapi gue pernah rasain lewat bunga tidur. Sekarang, mimpi gue cuma berpusat di kehidupan nyata selayaknya manusia pada umumnya yang permasalahannya seputar hubungan dengan orang-orang terdekat, percintaan, perkuliahan, perselingkuhan, ambisi, pekerjaan, berbagai persaingan, insecurity, dan tetek bengeknya. Semuanya udah gak asik lagi. Mungkin karena gue sudah lupa caranya berimajinasi, pikiran gue cenderung mengabaikan hal-hal menyenangkan tentang mimpi.
Sebenernya, apa sih artinya mimpi kalau toh kita masih harus bangun dan berhadapan dengan kenyataan yang mati-matian kita hindari? It's nothing. Kebahagiaan sesaat yang gue bisa dapatkan lewat tidur panjang bukan lagi sesuatu yang gue butuhkan, karena gue pada akhirnya akan tetap bangun seperti orang bodoh yang diliputi insecure dan anxiety soal masa depan. Bahkan saking serius dan fokusnya memikirkan kenyataan, gue pun jadi gak tau gimana caranya bermimpi, dan punya mimpi. Gue lupa gimana asiknya nge-list impian dan kerja keras buat dapetin itu. Kalian ngerasa gitu juga gak, sih?
Semakin dewasa kita cenderung hanya akan ngejalanin sesuatu sesuai arus, alias ngalir aja. Mau lulus kuliah? Ya tujuannya yang penting lulus, apalagi? Mau kerja? Yah, yang penting dapet uang, gak usah muluk-muluk. Cicilan ini itu jaman sekarang dan kedepannya pasti bakal makin mahal, walaupun sebisa mungkin gak pingin sih gue nyicil, moga aja rezekinya lancar terus kan, Aamiin:') Mau S2? Yaa karena temen-temen pada lanjut sekolah, ngerasa insecure aja kalau gak bisa naik pangkat karena cuma punya gelar S1. Terakhir, mau ngembangin hobi deh, biar keren dikit, tapi yaa itupun karena sulit buat dapat pekerjaan yang sesuai dengan passion dan jurusan.
Memiliki mimpi barang satupun sepertinya sesuatu yang berat banget dan mustahil buat diraih, karena kita semakin diperlihatkan dengan persaingan antar manusia yang semakin berat dan picik. Orang-orang bisa dengan mudah mencapai apa yang dia mau hanya karena privilege—salah satu kata yang paling sering disebut akhir-akhir ini. But it's true though, gue sampai lelah harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa hanya orang-orang yang punya privilege yang bisa maju. Hasilnya, nepotisme ada dimana-mana. Tapi tenang, gue gak lagi pengen ngebahas privilege. Inti semuanya adalah tentang mimpi. Gue yang lupa dengan mimpi-mimpi, gue yang gak bisa bermimpi karena realita yang terlalu jelas dan sulit, atau mungkin kita, kita yang terlalu lelah memikirkan berbagai problema menjadi dewasa sehingga mimpi seolah hanya tercipta untuk anak-anak dan berakhir saat kita beranjak dewasa.
Sekarang kalau gue tanya, apa sih mimpi kalian? Mungkin gak semua orang bisa jawab. Mungkin beberapa ada yang termangu dan mendadak tersadarkan bahwa dirinya selama ini hidup tanpa mimpi. Gue pun lagi-lagi hanya ingat tentang mimpi yang dulu-dulu, karena untuk sekarang yang gue tau gue hanya mau ngejalanin apa yang gue suka dan bertanggungjawab atas hal-hal yang harus gue selesaikan.
Namun sepertinya gue salah. Sampai disini, gue memutuskan buat simpan tulisan ini di draft selama berhari-hari karena tampaknya gue udah mulai emosional.😢