Tulisan yang Dangkal
Despite adanya berita-berita duka yang datang dari saudara-saudari kita di Palestina, beserta sosok-sosok syahid juga syahidah yang banyak diberitakan di media massa, ada satu akun yang cukup menarik perhatian gue hari ini. Lebih tepatnya sebuah video yang disebar oleh salah satu akun instagram. Isi video itu gak membuat gue tercengang sih, tapi cukup buat hati gue panas karena miris. Ya. Video itu menampilkan seorang anak remaja yang diiket di tiang dengan telanjang dada, gara-gara kepergok nyuri seekor ayam di sebuah kampung, yang katanya udah sering banget nyolong tu ayam-ayam hampir tiap hari dan bikin warga cukup geram.
Apa yang bikin gue memanas saat itu adalah, lagi-lagi, gue menemukan sikap masyarakat kita yang udah gak asing sama yang berbau maling, alias main hakim sendiri. Gue melihat bagaimana mereka yang notabenenya adalah bapak-bapak mukulin wajah anak itu, gak cuma dengan tangan mereka, tapi juga dengan kaki kanan mereka, kayak tu anak emang segitu bejadnya untuk bisa mereka tendang, mereka tampar, mereka jadiin olok-olok. Bahkan yang membuat gue lebih miris adalah, lagi, hal seperti itu justru dijadikan tontonan. Dan bisa lo tebak? Yep, beberapa dari penontonnya adalah anak-anak kecil. Masih dalam kategori miris, most of them masing-masing megang handphone dan ngarahin kamera ke muka anak itu. Can you imagine mirisnya ngeliat orang-orang dewasa mukulin yang bersangkutan dengan tangan sebelah mereka megang hp, like, apa yang mau lo banggain dari itu? Lo pengen bilang ke media, ke orang-orang bahwa lo puas udah menghakimi seorang anak dengan tangan kanan lo, dengan kaki lo yang bau busuk itu? Sedangkal itu pikiran lo pada? Hhh. C'mon, men, he is just a teenager. Remaja yang mestinya kita arahin, bukan sengsarain. Kita gak pernah tau apa yang sedang dia alami, bahkan anak-anak yang serupa dengan dia, kita gak akan tau apa yang mendasari mereka untuk berbuat hal itu, kalau kita gak berusaha mencari tau. Sesulit itukah bersimpati sedikit dengan ngedengerin penjelasannya? Sesulit itukah mendengar suara-suara dari orang yang justru sama dengan kita? Si manusia, tempatnya salah.
Okay. I know. Gak ada gunanya gue berkoar disini, capek-capek ngetik dan ngomentarin, karena mereka gak akan baca juga. Orang-orang yang pikirannya dangkal ini gak mungkin ada waktu buat baca blog abal-abal, karena waktu mereka cuma disibukan buat ngehakimin orang. Judge them, yeah. Tapi lebih gak ada gunanya lagi kalau gue cuma bisa diem, sakit hati dan panas ngeliat postingan itu. Isn't it?
Gue sama sekali gak shock saat itu, karena seperti yang lo tau, bukan hal asing lagi nemuin hal serupa dimana stigma yang terbangun dalam masyarakat kita tentang pencuri itu segitu buruknya. Dimana lo bisa main hakim sendiri, even polisi aja kalah tarung ketika ngadepin otak-otak masyarakat yang kayak gini. Dan soal anak-anak kecil yang nonton perbuatan orang-orang dewasa itu buat gue jadi berpikir, pantes aja hal-hal demikian selalu terjadi dan gak pernah berhenti, bahkan makin ganas, karena si manusia-manusia tua ini mewariskan pemikiran yang dangkal kepada penerus mereka, dengan memperlihatkan sesuatu yang gak semestinya diperlihatkan. Bahwa pencuri itu harus dimusnahkan, harus dihakimi, gak peduli apakah semua itu benar atau cuma kesalahpahaman. Sekali ada yang bilang maling, jangan harap lo bisa selamat di Indonesia. Begitu isinya negara gue.
Gue jadi berpikir lagi saat itu, gimana kalo seandainya posisi remaja yang dipukulin dan dipermalukan itu adalah koruptor. Apakah mereka berani main hakim sendiri? which is si koruptor itu udah bejad level kakap, sebejad-bejadnya manusia. Karena bukan cuma tentang ayam yang dicolong, lebih jauh dari itu, mereka main-main soal hak rakyat. Hak kita. Kepercayaan kita. Nasib kita, yang terus mengharapkan kesejahteraan dari pemerintah. Dari birokrat-birokrat, dari mereka para wakil rakyat yang gue gak yakin apakah masih ada dari mereka yang patut dipercaya atau nggak. Dari pertanyaan itu, jawaban yang paling tepat menurut gue adalah nggak. Mereka gak mungkin berani memukuli si koruptor itu dengan tangan mereka sambil ngerekam pake hp. Mereka gak akan berani nendang muka koruptor itu dengan kaki-kaki mereka yang kotor. Because of what??! Because people who have power will always be on top! Sekejam-kejamnya mereka, sejahat-jahatnya mereka, tetep, orang-orang yang gak punya kekuasaan akan kalah dengan mereka yang punya kekuasaan, even though they've made a big mistake. Jadi gak peduli apakah lo benar atau salah, asal lo gak punya kekuasaan, orang-orang dangkal ini bisa seenaknya merampas hak lo. Gue selalu berpikir, kapan dong masyarakat kita bisa maju? Minimal kayak di luar negeri lah, dimana pencuri, perampok, maling, atau apapun itu gak akan seenaknya diancurin hidupnya. Karena mereka sadar, mereka punya pihak berwenang yang punya tugas disitu, dan mereka sadar, ada hukum yang berbicara. Sementara kita, bisa aja berkoar-koar kalau negara kita adalah negara hukum, tapi orang-orangnya justru gak ada kesadaran akan hukum.
Sebenernya sangat kompleks kalau gue ngomongin soal ini. Karena secara gak sadar semuanya saling berkaitan. Dimana orang-orang yang gak sadar hukum ini gak cuma orang-orang dangkal yang gue sebut tadi, tapi termasuk orang-orang di birokrasi sendiri. Orang-orang yang punya kekuasaan itu sendiri. Orang-orang yang ada dalam tugas menegakan hukum itu sendiri, terkadang sulit menempuh hukum yang benar. Hukum yang beradab. Sebagai anak Indonesia, gue gak pernah lupa dengan kasus-kasus ringan yang divonis cukup berat--untuk kasus yang seringan itu. Gue gak pernah lupa dengan seorang nenek yang dituduh nyuri kayu, ibu-ibu yang dituduh nyuri piring tetangga, juga nenek-nenek yang dituduh nyuri bawang di kebon, tapi kasusnya sampe dibawa ke pengadilan.
Kapan KKN di Indonesia bisa berhenti? Kalau masyarakatnya sendiri gak pada aware dengan hukum. Kapan orang-orang kita bisa maju? Kalau bisanya cuma main hakim sendiri ngurusin maling yang nyuri ayam. Gini deh, kalau emang ngurusin hukum itu segitu beratnya buat kita pikirin, minimal peduli lah dengan sesama. Ingat bahwa kita adalah sesama rakyat yang ingin negaranya maju, yang pingin orang-orangnya sejahtera. Indonesia ini udah luntur budaya gotong-royongnya. Mungkin karena mereka lupa kalau kita pernah dijajah Belanda sama Jepang lebih dari 3 abad. Atau mungkin juga mereka keenakan dijajah, sampe-sampe berpikir maju itu ibarat langit yang sulit digapai.
1 komentar
Aku seneng baca tulisan lamamu ini mba :). Berani, dan aku sedih ngebayangin anak2 yg terpaksa maling tp dihukum dengan cara begitu Ama orang2 yg jauh LBH dewasa :(.
BalasHapusNtah apa yg dipikiran mereka. Ga kebayang lagi ibu dari ato keluarga dari si anak yg dipukuli. Ga berfikir bagaimana kalo itu terjadi dengan anak mereka sendiri :(
Kdg gemas dengan tingkah laku orang2 begitu. Nurani seperti mati sampe tega melakukan hal begitu. Aku g yakin bisa mengubah orang2 yg telanjur punya mindset picik dan kejam seperti itu, tapi setidaknya aku msh bisa mendidik anakku utk bisa LBH welas asih, dan tidak judgemental terhadap orang lain ..